Seorang Profesor Fisika, David Willey, menemukan
penjelasan ilmiah mengenai hal ini dari sudut pandang termodinamika.
Untuk membuktikannya ia melakukan sendiri dengan berjalan di atas bara
api dengan kaki telanjang. “Tidak ada yang lebih menarik para mahasiswa
daripada pertunjukan yang seolah-olah bisa membunuh saya”, kata Willey
yang merupakan penerima penghargan terbaik dalam pengajaran dari
Presiden AS di Universitas Pittsburgh, Johnstown. Seperti yang diduga,
ia tidak mengalami luka sedikit pun karena melakukannya dengan berjalan
cepat. Mengapa bisa terjadi dan dimana rahasianya?
Sejak tahun 1930-an, para ilmuwan telah menemukan penjelasan mengapa
berjalan di atas bara api tidak melukai kulit kaki. Dewan Riset Fisika
Universitas London menemukan bahwa rahasianya ada di kayu dan bukan
kekuatan gaib atau supranatural. Bara api yang digunakan pada upacara
umumnya dari kayu yang dibakar hingga membara. Bara yang terbakar bisa
mencapai suhu 538 derajat celcius. Willey sendiri berjalan di atas bara
yang suhunya mencapai 982 derajat celcius. Kulit kaki bisa tahan
terhadap panas sebesar itu, karena hanya sebagian kecil panas yang
mengalir dari bara ke kulit. Meskipun terbakar, kayu tidak akan sepanas
itu dan masih bersifat sebagai konduktor yang buruk. Dalam keadaan
normal, kayu merupakan isolator yang baik sehingga tidak mengantarkan
panas. Konduksi merupakan bentuk perpindahan panas dari suatu material
ke material lain yang lebih dingin. Pada proses tersebut, getaran
molekul-molekul material yang panas akan bertubrukan dengan
molekul-molekul yang lebih dingin dan memindahkan energinya. Karena kayu
merupakan konduktor yang buruk, energi dalam bentuk panas tetap
tertahan di dalam bara api sehingga hanya sedikityang dipindahkan ke
kulit kaki. Lapisan abu yang terbentuk di permukaan kayu juga membantu
menahan aliran panas dari dalam bara ke luar. Itulah mengapa orang
berani berjalan di atas bara tidak akan berani melakukannya di besi yang
membara. Karena bersifat konduktor yang baik, logam yang membara akan
terasa sangat panas dan dapat melukai kulit kaki.
Bukan berarti tidak mungkin terbakar sama sekali, karena perpindahan
panas masih bisa terjadi. Jika seseorang berdiri diam di atas bara
selama beberapa waktu, maka orang tersebut pasti akan mendapatkan luka
bakar yang cukup serius.
Namun jika seseorang membatasi kontak kulitnya dengan bara api misalnya
dalam jangka waktu yang sangat singkat atau berjalan dengan cepat,
maka kaki tidak akan mendapatkan panas yang cukup untuk membakar
kulitnya. Berjalan dengan cepat di atas bara mencegah kulit melepuh.
Saat salah satu kaki menapak di bara kayu, kaki lainnya punya kesempatan
untuk dingin kembali saat melayang di udara. Permukaan kulit mati juga
menjadi pelindung tambahan bagi kulit di bawahnya. Meski praktik
berjalan kaki di atas bara api sebaiknya dilakukan melalui tahap latihan
yang cukup, pada dasarnya semua orang yang sehat dapat melakukannya.
Luka bakar sendiri akan terjadi jika tubuh terpapar oleh suatu zat yang
bersuhu tinggi dan salah satu penyebab utama kecelakaan luka bakar
adalah terpapar api.
Berdasarkan derajat kerusakan jaringan, maka luka bakar dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
- Luka bakar derajat 1, yakni kerusakan pada lapisan epidermis yang ditandai dengan bengkak ringan di daerah tersebut, kulit kemerahan dan luka lecet.
- Luka bakar derajat 2, yakni kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis (lapisan kulit yang lebih dalam), timbul rasa nyeri, infeksi dan terkadang dehidrasi.
- Luka bakar derajat 3, yakni kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis, mengenai lapisan otot dan tulang serta terjadi infeksi.





